Candi Wringin Lawang

Artikel lanjutan niih… 🙂

Setelah sebelumnya bercerita tentang historical site di Trowulan, sekarang saatnya untuk bercerita tentang ketiga candi yang sebelumnya saya kunjungi..  dan yang pertama adalah Candi Wringin Lawang atau yang biasa disebut Gapura Wringin Lawang.

DSCN7169
Dari jalan utama nih… Tulisan ini merupakan sambutan pertama buat para traveler..
DSCN7172
Penanda utama.. Sesuatu yang menurut saya harus lebih iconic…

Gapura Wringin Lawang terletak di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Letaknya sangat dekat dengan Jalan Antar Kota Surabaya Jogjakarta. Mungkin sekitar 200 atau 300 meter kearah selatan dari jalan utama. Menurut papan panduan yang ada di area candi, sebenarnya Wringin Lawang adalah sebuah gapura yang kemungkinan merupakan pintu gerbang ke tempat penting pada masa itu. Bangunan ini sudah dikenal sejak tahun 1815 yang tertuang dalam tulisan Raffles yang disebut dengan nama Gapura Jatipasar dan juga dalam tulisan Knebel yang disebut sebagai Gapura Wringin Lawang. Penamaan Wringin Lawang menurut para sesepuh setempat terkait dengan adanya dua pohon beringin yang mengapit bangunan ini.

WP_20131230_014
Karcis parkir nih.. Bukan tiket masuk loh yaa..

Bangunan ini terbuat dari bata merah dengan ukuran denah 13×11.5 meter dan tinggi yang mencapai 15.50 meter. Gapura ini bertipe candi bentar yaitu gapura yang tidak mempunyai atap. candi bertipe ini biasanya berfungsi sebagai gerbang terluar suatu komplek bangunan. Seperti candi bentar pada umumnya, tubuh bangunan terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian bingkai bawah tubuh, bagian tubuh, dan bagian atas tubuh. Semua bagian bentuknya bertingkat dan pada masing-masing tingkatan terdapat ornamen berbentuk menara-menara kecil.

DSCN7171
Suasana dari pintu masuk.. Luas dan mengarahkan mata langsung kearah Gapura Wringin Lawang
DSCN7184
Berada ditengah gapura, merasa kecil sekali.. pengalaman visual yang menakjubkan…
DSCN7186
Tepat disisi gapura, megah bukan?
DSCN7183
Beringin dibelakang gapura, salah satu dari dua beringin yang mengapit bangunan ini.
WP_20131226_014
Suasana dari tengah gapura..

Area wisata Gapura Wringin Lawang ini cukup luas dengan point of interest ya gapura itu sendiri. Disekelilingnya terdapat area taman yang asri dengan jalan setapak yang mengitari area taman. Saya tidak tahu berapa luas keseluruhan dari area gapura dan taman disekelilingnya, yang jelas taman yang ada disekitar komplek candi benar-benar tertata rapi dan bersih, salut untuk dinas terkait yang mengelola wisata ini.

DSCN7190
Jalan setapak mengelilingi area gapura, meskipun bukan paving atau semacamnya, namun tetap bersihdan menyatu dengan lingkungan sekitar.
WP_20131226_011
Lagi…. Jalan setapak yang mengitari area gapura..
DSCN7193
Taman disekitar gapura..

Untuk masuk ke area candi tidak ada tarif yang ditentukan, setelah masuk ke areal parkir kita akan dibimbing oleh petugas untuk mengisi buku tamu. Isinya tentang tujuan kunjungan, asal wisatawan, berapa banyak orang yang bersama kita dan tentunya nama masing-masing. Setelah itu kita akan diminta untuk membayar iuran ‘sukarela’.  Ya benar sukarela, silahkan beri berapapun, seribu rupiah pun tidak masalah.

WP_20131226_015
Salah satu sesaji yang diletakkan masyarakat sekitar.. Entah apa maksudnya, beberapa sesaji juga saya jumpai disekitar pohon beringin..

Saya sempat mengusulkan pada petugas untuk memberi tarif tertentu kepada pengunjung, kalau bisa dibedakan tarifnya antara wisatawan dalam kota dan luar kota. Tapi dengan jujur mereka menjawab. . .   “Wah.. mboten mas, saking dinas mboten diparingi tarif, monggo jenengan ngisi sakersane mawon..”  (Wah.. tidak mas, dari dinas tidak dipasang tarif, silahkan diisi sukarela saja). Jawaban yang cukup mengejutkan bagi saya,memang candi ini tidak sebesar Prambanan ataupun Borobudur, tapi tentunya juga membutuhkan dana untuk perawatan bukan?

WP_20131226_018
Kolam kecil didepan ruang pengelola… seharusnya biisa lebih dimaksimalkan penampilannya..

Mungkin dana yang dianggarkan oleh dinas pariwisata setempat masih mencukupi untuk perawatan Gapura Wringin Lawang. Jadinya pihak penjaga area wisata tidak mematok tarif tertentu kepada para pengenjung.

Sekedar opini pribadi, wisata ini setidaknya perlu mematok tarif tertentu, misal IDR 3000 untuk wisatawan dalam kota, IDR 5000 untuk wisatawan luar kota, dan IDR 10000 untuk wisatawan mancanegara. Tanya Kenapa? Agar wisata ini bisa semakin dikenal masyarakat luas. Tidak hanya dari Jawa Timur, tapi juga dari seluruh Indonesia, bahkan dunia. Terlalu ambisius? Mungkin iya, namun bukan berarti tidak bisa diwujudkan bukan? Dana dari pengunjung selain sebagai tambahan dana perawatan, juga dapat dipakai sebagai dana pengembangan area wisata, misalnya dengan pembangunan pintu masuk yang lebih cocok dengan temanya, pembenahan toilet, renovasi ruang petugas penjaga, dan juga penambahan fasilitas penunjang lainnya.

WP_20131226_017
Toilet yang sedikit tidak terawat… tapi cukup bersih dalamnya, tidak bau..

Mungkin kalau perlu, ditambah juga dengan area bermain anak, tidak perlu terlalu besar, cukup 36-50 m2 saja. Jadi tidak hanya wisata sejarah saja yang dapat dinikmati melainkan juga permainan anak yang tentunya akan sangat menyenangkan bagi anak-anak yang berkunjung.

Secara penataan area wisata, disini sebenarnya sangat bagus. Sekeliling gapura terdapat taman yang begitu tertata, rumput yang tumbuh pun benar-benar hijau dalam cuaca panas siang itu, ini menandakan bahwa penyiraman taman dilakukan dengan teratur oleh dinas terkait. Namun sayangnya, tidak banyak terdapat pohon peneduh di area ini. Bisa dibayangkan panasnya cuaca pada siang hari.

Last.. perlu perhatian dan dukungan baik dari pemerintah maupun masyarakat sekitar agar Candi Wringin Lawang semakin dikenal banyak orang. Saya berharap nantinya akan ada upaya nyata dari pemerintah untuk mengembangkan objek wisata ini menjadi jauh lebih baik dari yang sudah ada saat ini. 🙂

3 Comments

Leave a Comment